Komersialisasi energi terbarukan

Grafik yang menunjukkan bahwa nilai investasi sektor energi terbarukan semakin meningkat. Komponen energi terbarukan yang masuk ke dalam grafik diantaranya energi surya, energi angin, kendaraan listrik beserta sarana pengisian ulang, penyimpanan energi, sumber panas terbarukan, penangkapan karbon, dan energi hidrogen.[1][2]
Grafik yang menunjukkan bahwa biaya untuk menghasilkan energi secara terbarukan semakin menurun, terutama energi yang dihasilkan panel surya.[3]

Komersialisasi energi terbarukan adalah pengerahan teknologi energi terbarukan ke pasar. Energi terbarukan yang dimaksud adalah energi terbarukan tiga generasi yang sudah berkembang sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Generasi pertama, yang sudah matang secara teknologi serta kompoetitif secara ekonomi adalah biomassa, tenaga air, dan tenaga panas bumi. Generasi kedua adalah teknologi yang sudah memasuki pasar, sudah dinikmati konsumen, dan masih terbuka lebar pengembangan lebih lanjut. Generasi kedua diantaranya adalah pemanas surya, panel surya (photovoltaics), tenaga angin, tenaga panas matahari, dan bioenergi modern. Generasi ketiga adalah yang masih dalam tahap riset dan pengembangan untuk menjadikannya lebih kompetitif dalam skala global. Generasi ketiga diantaranya gasifikasi biomassa dan energi samudra.[4] Di tahun 2012, kapasitas terpasang energi terbarukan sudah mencapai setengah dari total energi yang terpasang, dan biaya untuk menghasilkannya semakin menurun.[5]

Kebijakan publik dan kepemimpinan politik amat membantu dalam menyeimbangkan persaingan dan mendorong diterimanya energi terbarukan di masyarakat.[6][7][8] Negara-negara seperti Jerman, Denmark, dan Spanyol memimpin secara global penerapan kebijakan yang memihak energi terbarukan yang berperan besar dalam pertumbuhan sektor ini. Jerman memiliki komitmen "Energiewende", dan Denmark memiliki komitmen untuk memenuhi target seratus persen energi terbarukan di tahun 2050.

Satu manfaat besar dari invetasi di bidang energi terbarukan salah satunya adalah pertumbuhan lapangan kerja.[9] China, Jerman, Spanyol, Amerika Serikat, Itali, dan Brazil memimpin dunia dalam hal nilai investasi di sektor energi terbarukan.[7][10] Perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang energi terbarukan diantaranya adalah BrightSource Energy, First Solar, Gamesa, GE Energy, Goldwind, Sinovel, Targray, Trina Solar, Vestas, dan Yingli.[11][12] Di Amerika Serikat, energi terbarukan telah menjadi sektor yang efektif dalam menciptakan lapangan kerja melebihi sektor pertambangan batu bara dan minyak bumi.[13]

Pemanasan global juga menjadi pendorong utama berkembangnya industri di sektor ini.[14][15][16][17][18] Berdasarkan proyeksi International Energy Agency di tahun 2011, tenaga matahari akan menjadi penghasil energi utama dalam kurun waktu 50 tahun ke depan, sehingga akan mengurangi emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang amat signifikan.[19]

  1. ^ "Energy Transition Investment Hit $500 Billion in 2020 – For First Time". BloombergNEF. (Bloomberg New Energy Finance). 19 January 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 January 2021. 
  2. ^ Catsaros, Oktavia (26 January 2023). "Global Low-Carbon Energy Technology Investment Surges Past $1 Trillion for the First Time". Figure 1: Bloomberg NEF (New Energy Finance). Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 May 2023. Defying supply chain disruptions and macroeconomic headwinds, 2022 energy transition investment jumped 31% to draw level with fossil fuels 
  3. ^ Chrobak, Ula (author); Chodosh, Sara (infographic) (28 January 2021). "Solar power got cheap. So why aren't we using it more?". Popular Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 January 2021.  ● Chodosh's graphic is derived from data in "Lazard's Levelized Cost of Energy Version 14.0" (PDF). Lazard.com. Lazard. 19 October 2020. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 January 2021. 
  4. ^ International Energy Agency (2007). Renewables in global energy supply: An IEA facts sheet (PDF) OECD, 34 pages.
  5. ^ International Renewable Energy Agency (2012). "Renewable Power Generation Costs in 2012: An Overview" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 July 2019. Diakses tanggal 3 April 2013. 
  6. ^ Donald W. Aitken. Transitioning to a Renewable Energy Future, International Solar Energy Society, January 2010, p. 3.
  7. ^ a b REN21 (2012). Renewables Global Status Report 2012 Diarsipkan 15 December 2012 di Wayback Machine. p. 17.
  8. ^ REN21 (2011). "Renewables 2011: Global Status Report" (PDF). hlm. 11–13. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 5 September 2011. 
  9. ^ Editorial, Green Gold, Nature Energy, 2016.
  10. ^ REN21 (2011). "Renewables 2011: Global Status Report" (PDF). hlm. 35. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 5 September 2011. 
  11. ^ Top of the list, Renewable Energy World, 2 January 2006.
  12. ^ Keith Johnson, Wind Shear: GE Wins, Vestas Loses in Wind-Power Market Race, Wall Street Journal, 25 March 2009, accessed on 7 January 2010.
  13. ^ Trump Is Foolish to Ignore the Flourishing Renewable Energy Sector
  14. ^ International Energy Agency. IEA urges governments to adopt effective policies based on key design principles to accelerate the exploitation of the large potential for renewable energy Diarsipkan 2017-09-22 di Wayback Machine. 29 September 2008.
  15. ^ REN21 (2006). Changing climates: The Role of Renewable Energy in a Carbon-constrained World (PDF) Diarsipkan 11 June 2007 di Wayback Machine. p. 2.
  16. ^ HM Treasury (2006). Stern Review on the Economics of Climate Change.
  17. ^ New UN report points to power of renewable energy to mitigate carbon emissions UN News Centre, 8 December 2007.
  18. ^ Joel Makower, Ron Pernick and Clint Wilder (2008). Clean Energy Trends 2008 Diarsipkan 2018-07-10 di Wayback Machine., Clean Edge, p. 2.
  19. ^ Ben Sills (29 August 2011). "Solar May Produce Most of World's Power by 2060, IEA Says". Bloomberg. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search